tag:blogger.com,1999:blog-49521005321823478102024-03-09T02:43:14.117+07:00willy's blogSEBUAH REVOLUSI UNTUK HIDUP dan HIDUP UNTUK REVOLUSIwlyhttp://www.blogger.com/profile/06078978842837393169noreply@blogger.comBlogger6125tag:blogger.com,1999:blog-4952100532182347810.post-10158874846424838182008-07-29T11:37:00.005+07:002008-07-29T18:18:37.390+07:00KOREK KUPING BEKAS<div style="text-align: justify;font-family:verdana;"><span style="color: rgb(0, 0, 0);"> Tolong jangan tunjukkan simpati dengan orang yang menjual korek kuping (cotton buds) di pinggir jalan atau di lampu lalu lintas… Hanya ingin mengingatkan anda untuk tidak membeli sebungkus korek kuping yang dibeli dari pinggir jalan. Korek kuping itu terbuat dari kapas yang telah dipakai dirumahsakit. Mereka memisahkan semua yang kotor, darah, dan lainnya mencucinya kemudian di bleaching dengan pemutih kemudian dibuatlah korek kuping. Jadi, jika anda tidak ingin menjadi orang pertama yang menderita Herpes Zoster Octicus (infeksi virus telinga bagian dalam, tengah, dan luar) maka JANGAN BELI KOREK KUPING DI PINGGIR JALAN. Infokan teman anda, jika anda peduli…<br /><br /><br />Tanggapan seorang wly :<br /><br />Haahaaa.... Hahaa.... ( tertawa dengan sangat menggelikan ) . Ada - ada aja jaman sekarang , masa korek kuping bekas . Tpi kreatif tuh yg bkin korek kuping bekas ( kreatif negatif ) . Apapun itu kembali lagi ke diri kita sendiri , bagaimana menjaga kesehatan . Semoga kita selalu sehat ( walau saya sekarang sedang sakit ) .<br /></span></div>wlyhttp://www.blogger.com/profile/06078978842837393169noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-4952100532182347810.post-53876241777411784302008-07-29T11:28:00.004+07:002008-07-29T11:42:01.479+07:00Step Up : Mengejar Impian Lewat Tarian<a style="font-family: verdana;" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://www.kapanlagi.com/p/step_up_two.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 200px;" src="http://www.kapanlagi.com/p/step_up_two.jpg" alt="" border="0" /></a><br /><p style="font-family: verdana; text-align: left;"><i>STEP UP 2 THE STREETS</i> merupakan film sequel dari <i>STEP UP</i> yang pernah diproduksi pada tahun 2006. Film yang mengisahkan 'pertarungan' para penari Baltimore itu, diarahkan oleh sutradara Jon M. Chu dengan trio kareografer, Jamal Sims, Hi-Hat <i>(BRING IT ON)</i> dan Dave Scott <i>(STOMP THE YARD)</i>. Sementara sebagai produser film ini mempercayakan pada Adam Shankman dan Anne Fletcher, yang juga produser untuk sequel sebelumnya. </p><p style="font-family: verdana; text-align: left;">Idealisme seorang penari yang ingin melepaskan diri dari tekanan atas karya-karya itu menjadi awal cerita film kategori drama romantis ini. Sejumlah perbedaan yang timbul yang kemudian berkembang menjadi friksi antara kelompok penari, justru menumbuhkan iklim kompetisi. Apalagi saat itu dunia tari Baltimore, memberi kesempatan untuk menunjukkan kemampuan mereka untuk menjadi yang terbaik. </p><p style="font-family: verdana; text-align: left;">Adalah Andie West yang diperankan aktor <b>Briana Evigan</b>, merupakan penari anggota Club 410 yang bermarkas di kota Baltimore Amerika Serikat. Di tengah tekanan dunia tari Baltimore oleh Club saat itu, Andie mendapat kesempatan belajar di sekolah tari prestisius, Maryland School of the Arts. Di sekolah ini juga Tyler Gage <b>(Channing Tatum)</b> pernah menempuh pendidikan tarinya, sebagai mana di sequel sebelumnya. </p><span style="font-family:verdana;">Andie mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri di sekolah baru itu, termasuk kesulitan pula untuk menghindar dari tekanan dari temannya sesama Club 410. Dengan tekadnya untuk mengembangkan kemampuannya sebagai penari, Andie membentuk kelompok yang mengangkat semangat kemerdekaan dan kebebasan sebagaimana yang melekat dalam dirinya. Satu di antara anggota clubnya adalah Chase Collins </span><b style="font-family: verdana;">(Robert Hoffman)</b><span style="font-family:verdana;">, yang kemudian bersama menyiapkan 'Pertarungan Dance' menghadapi kelompok 410 dalam sebuah kompetisi tari.<br /><br />Sumber dari : http://www.kapanlagi.com/a/0000004833.html<br /><br /><br /></span>wlyhttp://www.blogger.com/profile/06078978842837393169noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4952100532182347810.post-73439594945881796882008-07-29T10:56:00.004+07:002008-07-29T16:52:55.033+07:00SATU CINTA SEJUTA REPOT<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://images.elfida.multiply.com/image/2/photos/upload/300x300/R7ubXQoKCDsAABHFLDs1/satucinta-sejutarepot.jpg?et=KB7AzjbYfh%2Bc0o%2CPKiAkJw&nmid=82799274"><img style="margin: 0pt 0pt 10px 10px; float: right; cursor: pointer; width: 320px;" src="http://images.elfida.multiply.com/image/2/photos/upload/300x300/R7ubXQoKCDsAABHFLDs1/satucinta-sejutarepot.jpg?et=KB7AzjbYfh%2Bc0o%2CPKiAkJw&nmid=82799274" alt="" border="0" /></a><br />Satu Cinta Sejuta Repot <span class="fullpost"></span><br /><br />Ada 3 jenis manusia yang bakal datang di kehidupan kita:<br />Seorang yang menjadi takdir<br />Seorang yang mencintai<br />Seorang yang dicintai<br />Dan hanya satu yang harus dipilih untuk kebahagiaan.<br /><br />Namanya Ieva, cwe SMU yang punya dua adik kembar, Gom dan Gam yang asli, kocak bin gokil abiz! Nicky, seorang yang mencintai Ieva. Kai, seorang yang Ieva cintai. dan Nuzy, orang yang ditakdirkan untuk selalu bertemu Ieva, entah dia ingin atau tidak. Siapa diantara tiga lelaki itu yang kelak menjadi cinta Ieva?? Seseorang yang memiliki sekaligus tiga kriteria diatas?? Dicintai Ieva, Mencintai Ieva, dan ditakdirkan untuk selalu bertemu dengan Ieva??<br /><br />Nah, bagaimana kita mencari tahu yang mana sosok yang tepat? Apa kiat-kiatnya untuk bisa menentukan the only one destiny itu? Itu yang jadi masalahnya. Di situ letak sejuta kerepotan dari satu cinta sejati yang harus dicari. Dalam prosesnya pasti banyak duka, tangis, dan perih karena telah memilih yang keliru, sebelum akhirnya terpilihlah yang tepat dan benar, untuk selamanya. Happy end, deh… Horeeee :D<br /><br />Novelnya ringan, kocak, tapi tetep bikin penasaran buat dibaca sampai tuntas.wlyhttp://www.blogger.com/profile/06078978842837393169noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4952100532182347810.post-7397930626793362752008-07-29T10:30:00.002+07:002008-07-29T10:37:25.565+07:00HIGHSCHOOL HEROES<div style="text-align: justify;"><a style="font-family: verdana;" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://suavecatalogue.com/images/blog/blog_11216016413,4216.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 400px;" src="http://suavecatalogue.com/images/blog/blog_11216016413,4216.jpg" alt="" border="0" /></a><span style="font-style: italic;font-family:verdana;font-size:10;" lang="IN" ></span><br /><span style="font-style: italic;font-family:verdana;font-size:10;" lang="IN" >Masa hidup di sekolah menengah adalah fase paling menarik dari hidup kamu. Saya sepakat dengan anggapan itu dan pasti banyak yang juga setuju dengan hal itu. Kini, beri ruang untuk Peewee Gaskins, representasi paling masuk akal untuk remaja hari ini yang bersuara lantang untuk balada-balada masa SMA.</span><span style=";font-family:verdana;font-size:10;" lang="IN" ><o:p><span style="font-style: italic;"> </span></o:p></span><br /><span style=";font-family:verdana;font-size:10;" lang="IN" ><o:p> </o:p></span> </div><p style="text-align: justify;font-family:verdana;" class="MsoNormal"><span lang="IN" style="font-size:10;">“Awalnya gue buat lagu akustik. Terus ada satu lagu gue, Here Up On The Attic, yang kayaknya bagus dibuat dengan band penuh. Akhirnya, gue rekam sendiri semuanya. Gue main drum, isi gitar, semuanya sendiri. Setelah jadi, gue cari orang satu-satu untuk bikin ini jadi satu band,” beber Dochi Sadega, <i style="">frontman</i> sekaligus otak dari band ini.<o:p><br /></o:p></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;font-family:verdana;" class="MsoNormal"><span lang="IN" style="font-size:10;">Peewee Gaskins berdiri tahun 2007. Tidak perlu waktu lama, bulan April 2008, mereka merilis debut mini album yang sensasional, Stories From Our High School Years. Seperti judulnya, lagu-lagu di album ini menggambarkan cerita masa hidup mereka di bangku sekolah menengah. Hidup Dochi lebih tepatnya; ia menulis seluruh lagu Peewee Gaskins kecuali sebuah track berjudul Berdiri Terinjak yang liriknya ditulis oleh Ucay, vokalis Rocket Rockers.<o:p><br /></o:p></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;font-family:verdana;" class="MsoNormal"><span lang="IN" style="font-size:10;">“Mungkin karena pacar gue kebanyakan anak sekolahan kali ya. Haha..” candanya ketika ditanya tentang hal ini. Dochi sendiri sudah meninggalkan bangku sekolah menengah beberapa tahun yang lalu.<o:p><br /></o:p></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;font-family:verdana;" class="MsoNormal"><span lang="IN" style="font-size:10;">Lirik-lirik mereka bercerita tentang cinta monyet di sekolah menengah, pesta-pesta pergaualan ABG, dan bahkan putus cinta yang kadang mengubah hidup. Jujur saja, mendengarkan itu semua, saya seolah ada di kereta cepat menuju masa lalu saya di bangku sekolah menengah dulu. Dan saya sangat sepakat dengan semua tulisan Dochi di dalam lirik-liriknya.<o:p></o:p></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;font-family:verdana;" class="MsoNormal"><span lang="IN" style="font-size:10;"><o:p></o:p>Energi amarah yang meletup-letup yang muncul dalam setiap jengkal hidup ala remaja menjadi panah utama dari musik mereka.<o:p><br /></o:p></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;font-family:verdana;" class="MsoNormal"><span lang="IN" style="font-size:10;">Yang juga luar biasa adalah cara mereka membina <i style="">fanbase</i>. Band ini, belum punya modal besar selain mini album berisikan enam buah lagu mereka. Tapi, kerja keras dan kegigihan luar biasa di ranah dunia maya membuat mereka bisa punya penggemar yang sangat banyak. Bukan hanya banyak, sangat banyak untuk ukuran band yang umurnya belum lebih dari dua tahun ini.<o:p><br /></o:p></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;font-family:verdana;" class="MsoNormal"><span lang="IN" style="font-size:10;">Tanpa dukungan media besar, konser peluncuran album mereka berhasil mendatangkan lebih dari seribu orang; sebuah jumlah yang fantastis untuk band kecil model mereka. Kuncinya? Promosi gencar di internet! “<i style="">Achievement</i> yang paling besar gue rasakan adalah ketika waktu <i style="">launching</i> kemaren. Dan memang kita pengen kayak gitu,” terangnya tentang <i style="">fanbase</i> besar yang sekarang sudah mulai mengikuti karir mereka.<o:p><br /></o:p></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;font-family:verdana;" class="MsoNormal"><span lang="IN" style="font-size:10;">Tidak percaya? Silakan saja masuk ke MySpace, YouTube, atau beberapa jaringan maya lainnya. Klik nama Peewee Gaskins, pasti kamu akan terkejut melihat hasilnya.<o:p><br /></o:p></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;font-family:verdana;" class="MsoNormal"><span lang="IN" style="font-size:10;">Musik mereka yang <i style="">powerpop</i> dan mengalami sedikit ramuan pop punk memang sangat cocok dengan anak sekolah menengah. Dan memang <i style="">fanbase</i> mereka didominasi oleh anak muda dengan karakteristik yang seperti itu. Sepertinya, mereka sudah menjadi pahlawan untuk generasi mereka sendiri.<o:p><br /></o:p></span></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;font-family:verdana;" class="MsoNormal"><span lang="IN" style="font-size:10;">Saya menikmatinya. Band ini berhasil mengembalikan romansa sekolah menengah ke dalam hidup saya. Terima kasih untuk musik yang bagus, Peewee Gaskins! Oh, dan mereka sedang mengerjakan rilisan berikutnya yang akan segera dirilis akhir tahun ini. <b style="">(pelukislangit)<br /></b></span></p>sumber dari : http://suavecatalogue.com/blog.php?id=69<div style="text-align: justify;"><br /><br /><br /></div>wlyhttp://www.blogger.com/profile/06078978842837393169noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4952100532182347810.post-47489961512229651852008-07-29T10:17:00.005+07:002008-07-29T18:33:18.396+07:00SEJARAH SEKOLAH BESAR YANG TERLUPAKAN<div style="text-align: justify;"><span style="font-size:100%;"><span style="font-family:verdana;">SMA 5 Jakarta , setelah mendengar kata itu mungkin yg terlintas di benak anda adalah "dimanakah letak sekolahnya" . Memang SMA 5 bukan sekolah yang populer , mungkin bagi anak kemayoran sekolah ini adalah satu - satunya SMA negeri yang ada di kecamatan kemayoran . GHOTOEN , begitulah nama gaul sekolah ini . GHOTOEN mungkin berasal dari bahasa chinese yang berarti 5 . Tidak ada tanggal yang pasti kapan sekolah ini berdiri , karena SMA 5 merupakan pecahan dari SMA 1 Jakarta atau yang biasa akrab kita dengar dengan sebutan BOEDOET .</span></span><br /><span style="font-size:100%;"><span style="font-family:verdana;"> Pada tahun 1945 sekolah ini bernama SMA PERJUANGAN , karena dengan penuh perjuangan kita dapat merdeka seperti saat ini . Awal sekolah ini berdiri yaitu di gedung Kanisius dengan Mr. Sujono sebagai kepala sekolah pertama . Pada tahun 1952 SMA perjuangan berganti nama menjadi SMA ABC dan pindah dari gedung Kanisius ke komplek Siliwangi di Jalan Budi Utomo Jakarta Pusat , mengapa diganti nama menjadi SMA ABC karena di sekolah ini ada 3 jurusan yaitu A jurusan pasti alam , B jurusan ilmu sosial & C jurusan bahasa / sastra .</span></span><br /><span style="font-size:100%;"><span style="font-family:verdana;"> Dengan seiringnya waktu , setiap jurusan menjadi sebuah SMA negeri . SMA 3 Jakarta yang berdiri sekarang merupakan pecahan dari siswa jurusan pasti alam , SMA 4 yangg merupakan siswa dari jurusan ilmu sosial , dan SMA 5 sendiri merupakan siswa dari jurusan ilmu bahasa / sastra . Kisah SMA 5 tidak berhenti hanya sampai disitu , pada tahun 1978 SMA 5 kembali dipindahkan ke Jl. Sumur Batu Kec. Kemayoran dan menempati gedung dengan standart SMP yang lokasinya ditengah sawah pada waktu itu merupakan kemunduran awal hancurnya popularitas SMA Negeri 5 Jakarta sehingga banyak siswa, guru dan karyawan yang keluar dan pindah ke SMA Negeri 31 Jakarta . Ternyata SMA 5 punya banyak kisah yang selama ini tidak kita ketahui . Pada tahun 2004 gedung SMA 5 telah selesai dibangun , semoga ini menjadi satu motivasi bagi kita untuk terus meningkatkan prestasi dan mutu pendidikan yang berkualitas .</span></span><br /><br /><br /><span style="font-size:100%;"><a style="font-family: verdana;" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://www.sman5-jkt.sch.id/images/stories/Gallery/Fasilitas/PRASASTI%20PERESMIAN.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 320px;" src="http://www.sman5-jkt.sch.id/images/stories/Gallery/Fasilitas/PRASASTI%20PERESMIAN.jpg" alt="" border="0" /></a></span></div>wlyhttp://www.blogger.com/profile/06078978842837393169noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4952100532182347810.post-76709834007536534232008-07-29T10:14:00.004+07:002008-07-29T16:23:31.028+07:00SEJARAH MUSIK INDIE DI INDONESIA<div style="text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;">Embrio kelahiran scene musik rock underground di Indonesia sulit dilepaskan dari evolusi rocker-rocker pionir era 70-an sebagai pendahulunya. Sebut saja misalnya God Bless, Gang Pegangsaan, Gypsy(Jakarta), Giant Step, Super Kid (Bandung), Terncem (Solo), AKA/SAS (Surabaya), Bentoel (Malang) hingga Rawe Rontek dari Banten. Mereka inilah generasi pertama rocker Indonesia. Istilah underground sendiri sebenarnya sudah digunakan Majalah Aktuil sejak awal era 70- an. Istilah tersebut digunakan majalah musik dan gaya hidup pionir asal Bandung itu untuk mengidentifikasi band-band yang memainkan musik keras dengan gaya yang lebih ..liar' dan ..ekstrem' untuk ukuran jamannya. Padahal kalau mau jujur, lagu-lagu yang dimainkan band- band tersebut di atas bukanlah lagu karya mereka sendiri, melainkan milik band-band luar negeri macam Deep Purple, Jefferson Airplane, Black Sabbath, Genesis, Led Zeppelin, Kansas, Rolling Stones hingga ELP. Tradisi yang kontraproduktif ini kemudian mencatat sejarah</span><br /><span style="font-family: verdana;">namanya sempat mengharum di pentas nasional. Sebut saja misalnya El Pamas, Grass Rock (Malang), Power Metal (Surabaya), Adi Metal Rock (Solo), Val Halla (Medan) hingga Roxx (Jakarta). Selain itu Log jugalah yang membidani lahirnya label rekaman rock yang pertama di Indonesia, Logiss Records. Produk pertama label ini adalah album</span><br /><span style="font-family: verdana;">ketiga God Bless, "Semut Hitam" yang dirilis tahun 1988 dan ludes hingga 400.000 kaset di seluruh Indonesia.</span><br /><br /><span style="font-family: verdana;">Menjelang akhir era 80-an, di seluruh dunia waktu itu anak-anak muda sedang mengalami demam musik thrash metal. Sebuah perkembangan style musik metal yang lebih ekstrem lagi dibandingkan heavy metal. Band- band yang menjadi gods-nya antara lain Slayer, Metallica, Exodus, Megadeth, Kreator, Sodom, Anthrax hingga Sepultura. Kebanyakan kota- kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Jogjakarta, Surabaya, Malang hingga Bali, scene undergroundnya pertama kali lahir dari genre musik ekstrem tersebut. Di Jakarta sendiri komunitas metal pertama kali tampil di depan publik pada awal tahun 1988. Komunitas anak metal (saat itu istilah underground belum populer) ini biasa hang out di Pid Pub, sebuah pub kecil di kawasan pertokoan Pondok Indah, Jakarta Selatan. Menurut Krisna J. Sadrach, frontman Sucker Head, selain nongkrong, anak-anak yang hang out di sana oleh Tante Esther, owner Pid Pub, diberi kesempatan untuk bisa manggung di sana. Setiap malam minggu biasanya selalu ada live show dari band-band baru di Pid Pub dan kebanyakan band-band tersebut mengusung musik rock atau metal.</span><br /><br /><span style="font-family: verdana;">Band-band yang sering hang out di scene Pid Pub ini antara lain Roxx (Metallica & Anthrax), Sucker Head (Kreator & Sepultura), Commotion Of Resources (Exodus), Painfull Death, Rotor (Kreator), Razzle (GN'R), Parau (DRI & MOD), Jenazah, Mortus hingga Alien Scream (Obituary). Beberapa band diatas pada perjalanan berikutnya banyak yang membelah diri menjadi band-band baru. Commotion Of Resources adalah cikal bakal band gothic metal Getah, sedangkan Parau adalah embrio band death metal lawas Alien Scream. Selain itu Oddie, vokalis Painfull Death selanjutnya membentuk grup industrial Sic Mynded di Amerika Serikat bersama Rudi Soedjarwo (sutradara Ada Apa Dengan Cinta?). Rotor sendiri dibentuk pada tahun 1992 setelah cabutnya gitaris Sucker Head, Irvan Sembiring yang merasa konsep musik Sucker Head saat itu masih kurang ekstrem baginya.</span><br /><br /><span style="font-family: verdana;">Semangat yang dibawa para pendahulu ini memang masih berkutat pola tradisi ..sekolah lama', bangga menjadi band cover version! Di antara mereka semua, hanya Roxx yang beruntung bisa rekaman untuk single pertama mereka, "Rock Bergema". Ini terjadi karena mereka adalah salah satu finalis Festival Rock Se-Indonesia ke-V. Mendapat kontrak rekaman dari label adalah obsesi yang terlalu muluk saat itu. Jangankan rekaman, demo rekaman bisa diputar di radio saja mereka sudah bahagia. Saat itu stasiun radio yang rutin mengudarakan musik- musik rock/metal adalah Radio Bahama, Radio Metro Jaya dan Radio SK. Dari beberapa radio tersebut mungkin yang paling legendaris adalah Radio Mustang. Mereka punya program bernama Rock N' Rhythm yang</span><br /><span style="font-family: verdana;">mengudara setiap Rabu malam dari pukul 19.00 – 21.00 WIB. Stasiun radio ini bahkan sempat disatroni langsung oleh dedengkot thrash metal Brasil, Sepultura, kala mereka datang ke Jakarta bulan Juni 1992. Selain medium radio, media massa yang kerap mengulas berita- berita rock/metal pada waktu itu hanya Majalah HAI, Tabloid Citra Musik dan Majalah Vista.</span><br /><br /><span style="font-family: verdana;">Selain hang out di Pid Pub tiap akhir pekan, anak-anak metal ini sehari-harinya nongkrong di pelataran Apotik Retna yang terletak di daerah Cilandak, Jakarta Selatan. Beberapa selebritis muda yang dulu sempat nongkrong bareng (groupies?) anak-anak metal ini antara lain Ayu Azhari, Cornelia Agatha, Sophia Latjuba, Karina Suwandi hingga Krisdayanti. Aktris Ayu Azhari sendiri bahkan sempat dipersunting sebagai istri oleh (alm) Jodhie Gondokusumo yang merupakan vokalis Getah dan juga</span><br /><span style="font-family: verdana;">mantan vokalis Rotor.</span><br /><br /><span style="font-family: verdana;">Tak seberapa jauh dari Apotik Retna, lokasi lain yang sering dijadikan lokasi rehearsal adalah Studio One Feel yang merupakan studio latihan paling legendaris dan bisa dibilang hampir semua band- band rock/metal lawas ibukota pernah rutin berlatih di sini. Selain Pid Pub, venue alternatif tempat band-band rock underground</span><br /><span style="font-family: verdana;">manggung pada masa itu adalah Black Hole dan restoran Manari Open Air di Museum Satria Mandala (cikal bakal Poster Café). Diluar itu, pentas seni MA dan acara musik kampus sering kali pula di "infiltrasi" oleh band-band metal tersebut. Beberapa pensi yang historikal di antaranya adalah Pamsos (SMA 6 Bulungan), PL Fair (SMA</span><br /><span style="font-family: verdana;">Pangudi Luhur), Kresikars (SMA 82), acara musik kampus Universitas</span><br /><span style="font-family: verdana;">Nasional (Pejaten), Universitas Gunadarma, Universitas Indonesia (Depok), Unika Atmajaya Jakarta, Institut Teknologi Indonesia (Serpong) hingga Universitas Jayabaya (Pulomas).</span><br /><br /><span style="font-family: verdana;">Berkonsernya dua supergrup metal internasional di Indonesia, Sepultura (1992) dan Metallica (1993) memberi kontribusi cukup besar bagi perkembangan band-band metal sejenis di Indonesia. Tak berapa lama setelah Sepultura sukses "membakar" Jakarta dan Surabaya, band speed metal Roxx merilis album debut self-titled mereka di bawah</span><br /><span style="font-family: verdana;">label Blackboard. Album kaset ini kelak menjadi salah satu album speed metal klasik Indonesia era 90-an. Hal yang sama dialami pula oleh Rotor. Sukses membuka konser fenomenal Metallica selama dua hari berturut-turut di Stadion Lebak Bulus, Rotor lantas merilis album thrash metal major labelnya yang pertama di Indonesia, Behind The 8th Ball (AIRO). Bermodalkan rekomendasi dari manajer tur Metallica dan honor 30 juta rupiah hasil dua kali membuka konser Metallica, para personel Rotor (minus drummer Bakkar Bufthaim) lantas eksodus ke negeri Paman Sam untuk mengadu nasib. Sucker Head sendiri tercatat paling telat dalam merilis album debut dibanding band</span><br /><span style="font-family: verdana;">seangkatan mereka lainnya. Setelah dikontrak major label lokal, Aquarius</span><br /><span style="font-family: verdana;">Musikindo, baru di awal 1995 mereka merilis album ..The Head Sucker'. Hingga kini Sucker Head tercatat sudah merilis empat buah album.</span><br /><br /><span style="font-family: verdana;">Dari sedemikian panjangnya perjalanan rock underground di tanah air, mungkin baru di paruh pertama dekade 90-anlah mulai banyak terbentuk scene-scene underground dalam arti sebenarnya di Indonesia. Di Jakarta sendiri konsolidasi scene metal secara masif berpusat di Blok M sekitar awal 1995. Kala itu sebagian anak-anak metal sering</span><br /><span style="font-family: verdana;">terlihat nongkrong di lantai 6 game center Blok M Plaza dan di sebuah resto waralaba terkenal di sana. Aktifitas mereka selain hang out adalah bertukar informasi tentang band-band lokal daninternasional, barter CD, jual-beli t-shirt metal hingga merencanakan pengorganisiran konser. Sebagian lagi yang lainnya memilih hang out di basement Blok Mall yang kebetulan letaknya berada di bawah tanah.</span><br /><br /><span style="font-family: verdana;">Pada era ini hype musik metal yang masif digandrungi adalah subgenre yang makin ekstrem yaitu death metal, brutal death metal, grindcore, black metal hingga gothic/doom metal. Beberapa band yang makin mengkilap namanya di era ini adalah Grausig, Trauma, Aaarghhh, Tengkorak, Delirium Tremens, Corporation of Bleeding, Adaptor, Betrayer, Sadistis, Godzilla dan sebagainya. Band grindcore Tengkorak pada tahun 1996 malah tercatat sebagai band yang pertama kali merilis mini album secara independen di Jakarta dengan judul ..It's A Proud To Vomit Him'. Album ini direkam secara profesional di Studio Triple M, Jakarta dengan sound engineer Harry Widodo (sebelumnya pernah menangani album Roxx, Rotor, Koil, Puppen dan PAS).</span><br /><br /><span style="font-family: verdana;">Tahun 1996 juga sempat mencatat kelahiran fanzine musik underground pertama di Jakarta, Brainwashed zine. Edisi pertama Brainwashed terbit 24 halaman dengan menampilkan cover Grausig dan profil band Trauma, Betrayer serta Delirium Tremens. Di ketik di komputer berbasis system operasi Windows 3.1 dan lay-out cut n' paste tradisional, Brainwashed kemudian diperbanyak 100 eksemplar dengan mesin foto kopi milik saudara penulis sendiri. Di edisi-edisi berikutnya Brainwashed mengulas pula band-band hardcore, punk bahkan ska. Setelah terbit fotokopian hingga empat edisi, di tahun 1997 Brainwashed sempat dicetak ala majalah profesional dengan cover</span><br /><span style="font-family: verdana;">penuh warna. Hingga tahun 1999 Brainwashed hanya kuat terbit hingga tujuh edisi, sebelum akhirnya di tahun 2000 penulis menggagas format e-zine di internet (www.bisik.com). Media-media serupa yang selanjutnya lebih konsisten terbit di Jakarta antara lain Morbid Noise zine, Gerilya zine, Rottrevore zine, Cosmic zine dan</span><br /><span style="font-family: verdana;">sebagainya.</span><br /><br /><span style="font-family: verdana;">29 September 1996 menandakan dimulainya sebuah era baru bagi perkembangan rock underground di Jakarta. Tepat pada hari itulah digelar acara musik indie untuk pertama kalinya di Poster Café. Acara bernama "Underground Session" ini digelar tiap dua minggu sekali pada malam hari kerja. Café legendaris yang dimiliki rocker gaek</span><br /><span style="font-family: verdana;">Ahmad Albar ini banyak melahirkan dan membesarkan scene musik indie baru yang memainkan genre musik berbeda dan lebih variatif. Lahirnya scene Brit/indie pop, ledakan musik ska yang fenomenal era 1997 – 2000 sampai tawuran massal bersejarah antara sebagian kecil massa Jakarta dengan Bandung terjadi juga di tempat ini. Getah,</span><br /><span style="font-family: verdana;">Brain The Machine, Stepforward, Dead Pits, Bloody Gore, Straight Answer, Frontside, RU Sucks, Fudge, Jun Fan Gung Foo, Be Quiet, Bandempo, Kindergarten, RGB, Burning Inside, Sixtols, Looserz, HIV, Planet Bumi, Rumahsakit, Fable, Jepit Rambut, Naif, Toilet Sounds, Agus Sasongko & FSOP adalah sebagian kecil band-band yang ..kenyang' manggung di sana.</span><br /><br /><span style="font-family: verdana;">10 Maret 1999 adalah hari kematian scene Poster Café untuk selama- lamanya. Pada hari itu untuk terakhir kalinya diadakan acara musik di sana (Subnormal Revolution) yang berujung kerusuhan besar antara massa punk dengan warga sekitar hingga berdampak hancurnya beberapa mobil dan unjuk giginya aparat kepolisian dalam membubarkan massa. Bubarnya Poster Café diluar dugaan malah banyak melahirkan venue- venue alternatif bagi masing-masing scene musik indie. Café Kupu- Kupu di Bulungan sering digunakan scene musik ska, Pondok Indah Waterpark, GM 2000 café dan Café Gueni di Cikini untuk scene Brit/indie pop, Parkit De Javu Club di Menteng untuk gigs punk/hardcore dan juga indie pop. Belakangan BB's Bar yang super- sempit di Menteng sering disewa untuk acara garage rock-new wave-mellow punk juga rock yang kini sedang hot, seperti The Upstairs, Seringai, The Brandals, C'mon Lennon, Killed By Butterfly, Sajama Cut,</span><br /><span style="font-family: verdana;">Devotion dan banyak lagi. Di antara semuanya, mungkin yang paling ..netral' dan digunakan lintas-scene cuma Nirvana Café yangterletak di basement Hotel Maharadja, Jakarta Selatan. Di tempat ini pulalah, 13 Januari 2002 silam, Puppen ..menghabisi riwayat' mereka dalam sebuah konser bersejarah yang berjudul, "Puppen : Last Show Ever", sebuah rentetan show akhir band Bandung ini sebelum membubarkan diri.</span><br /><br /><span style="font-family: verdana;">Scene Punk/Hardcore/Brit/Indie Pop</span><br /><br /><span style="font-family: verdana;">Invasi musik grunge/alternative dan dirilisnya album Kiss This dari Sex Pistols pada tahun 1992 ternyata cukup menjadi trigger yang ampuh dalam melahirkan band-band baru yang tidak memainkan musik metal. Misalnya saja band Pestol Aer dari komunitas Young Offender yang diawal kiprahnya sering meng-cover lagu-lagu Sex Pistols lengkap dengan dress-up punk dan haircut mohawknya. Uniknya, pada perjalanan selanjutnya, sekitar tahun 1994, Pestol Aer kemudian mengubah arah musik mereka menjadi band yang mengusung genre british/indie pop ala The Stone Roses. Konon, peristiwa historik ini</span><br /><span style="font-family: verdana;">kemudian menjadi momen yang cukup signifikan bagi perkembangan scene british/indie pop di Jakarta. Sebelum bubar, di pertengahan 1997 mereka sempat merilis album debut bertitel ..…Jang Doeloe'. Generasi awal dari scene brit pop ini antara lain adalah band Rumahsakit, Wondergel, Planet Bumi, Orange, Jellyfish, Jepit Rambut, Room-V,</span><br /><span style="font-family: verdana;">Parklife hingga Death Goes To The Disco.</span><br /><br /><span style="font-family: verdana;">Pestol Aer memang bukan band punk pertama, ibukota ini di tahun 1989 sempat melahirkan band punk/hardcore pionir Antiseptic yang kerap memainkan nomor-nomor milik Black Flag, The Misfits, DRI sampai Sex Pistols. Lukman (Waiting Room/The Superglad) dan Robin (Sucker Head/Noxa) adalah alumnus band ini juga. Selain sering manggung di Jakarta, Antiseptic juga sempat manggung di rockfest legendaris Bandung, Hullabaloo II pada akhir 1994. Album debut Antiseptic sendiri yang bertitel ..Finally' baru rilis delapan tahun kemudian (1997) secara D.I.Y. Ada juga band alternatif seperti Ocean yang memainkan musik ala Jane's Addiction dan lainnya, sayangnya mereka tidak sempat merilis rekaman.</span><br /><br /><span style="font-family: verdana;">Selain itu, di awal 1990, Jakarta juga mencetak band punk rock The Idiots yang awalnya sering manggung meng-cover lagu-lagu The Exploited. Nggak jauh berbeda dengan Antiseptic, baru sembilan tahun kemudian The Idiots merilis album debut mereka yang bertitel ..Living Comfort In Anarchy' via label indie Movement Records. Komunitas-</span><br /><span style="font-family: verdana;">komunitas punk/hardcore juga menjamur di Jakarta pada era 90-an tersebut. Selain komunitas Young Offender tadi, ada pula komunitas South Sex (SS) di kawasan Radio Dalam, Subnormal di Kelapa Gading, Semi-People di Duren Sawit, Brotherhood di Slipi, Locos di Blok M hingga SID Gank di Rawamangun.</span><br /><br /><span style="font-family: verdana;">Sementara rilisan klasik dari scene punk/hardcore Jakarta adalah album kompilasi Walk Together, Rock Together (Locos Enterprise) yang rilis awal 1997 dan memuat singel antara lain dari band Youth Against Fascism, Anti Septic, Straight Answer, Dirty Edge dan sebagainya. Album kompilasi punk/hardcore klasik lainnya adalah Still One, Still Proud (Movement Records) yang berisikan singel dari Sexy Pig, The Idiots, Cryptical Death hingga Out Of Control.</span><br /><br /><span style="font-family: verdana;">Bandung scene</span><br /><br /><span style="font-family: verdana;">Di Bandung sekitar awal 1994 terdapat studio musik legendaris yang menjadi cikal bakal scene rock underground di sana. Namanya Studio Reverse yang terletak di daerah Sukasenang. Pembentukan studio ini digagas oleh Richard Mutter (saat itu drummer PAS) dan Helvi. Ketika semakin berkembang Reverse lantas melebarkan sayap bisnisnya dengan</span><br /><span style="font-family: verdana;">membuka distro (akronim dari distribution) yang menjual CD, kaset, poster, t-shirt, serta berbagai aksesoris import lainnya. Selain distro, Richard juga sempat membentuk label independen 40.1.24 yang rilisan pertamanya di tahun 1997 adalah kompilasi CD yang bertitel "Masaindahbangetsekalipisan." Band-band indie yang ikut serta di kompilasi ini antara lain adalah Burger Kill, Puppen, Papi, Rotten To The Core, Full of Hate dan Waiting Room, sebagai satu- satunya band asal Jakarta.</span><br /><br /><span style="font-family: verdana;">Band-band yang sempat dibesarkan oleh komunitas Reverse ini antara lain PAS dan Puppen. PAS sendiri di tahun 1993 menorehkan sejarah sebagai band Indonesia yang pertama kali merilis album secara independen. Mini album mereka yang bertitel "Four Through The S.A.P" ludes terjual 5000 kaset dalam waktu yang cukup singkat. Mastermind yang melahirkan ide merilis album PAS secara independen tersebut adalah (alm) Samuel Marudut. Ia adalah Music Director Radio GMR, sebuah stasiun radio rock pertama di Indonesia yang kerap memutar demo-demo rekaman band-band rock amatir asal Bandung, Jakarta dan sekitarnya. Tragisnya, di awal 1995 Marudut ditemukan tewas tak bernyawa di kediaman Krisna Sucker Head di Jakarta. Yang mengejutkan, kematiannya ini, menurut Krisna, diiringi lagu The End dari album Best of The Doors yang diputarnya pada tape di kamar Krisna. Sementara itu Puppen yang dibentuk pada tahun 1992 adalah salah satu pionir hardcore lokal yang hingga akhir hayatnya di tahun 2002 sempat merilis tiga album yaitu, Not A Pup E.P. (1995), MK II (1998) dan Puppen s/t (2000). Kemudian menyusul Pure Saturday dengan albumnya yang self-titled. Album ini kemudian dibantu promosinya oleh Majalah Hai. Kubik juga mengalami hal yang sama, dengan cara bonus kaset 3 lagu sebelum rilis albumnya.</span><br /><br /><span style="font-family: verdana;">Agak ke timur, masih di Bandung juga, kita akan menemukan sebuah komunitas yang menjadi episentrum underground metal di sana, komunitas Ujung Berung. Dulunya di daerah ini sempat berdiri Studio Palapa yang banyak berjasa membesarkan band-band underground cadas macam Jasad, Forgotten, Sacrilegious, Sonic Torment, Morbus Corpse, Tympanic Membrane, Infamy, Burger Kill dan sebagainya. Di sinilah kemudian pada awal 1995 terbit fanzine musik pertama di Indonesia yang bernama Revograms Zine. Editornya Dinan, adalah vokalis band Sonic Torment yang memiliki single unik berjudul "Golok Berbicara". Revograms Zine tercatat sempat tiga kali terbit dan kesemua materi isinya membahas band-band metal/hardcore lokal maupun internasional.</span><br /><br /><span style="font-family: verdana;">Kemudian taklama kemudian fanzine indie seperti Swirl, Tigabelas, Membakar Batas dan yang lainnya ikut meramaikan media indie. Ripple dan Trolley muncul sebagai majalah yang membahas kecenderungan subkultur Bandung dan jug lifestylenya. Trolley bangkrut tahun 2002, sementara Ripple berubah dari pocket magazine ke format majalah standar. Sementara fanzine yang umumnya fotokopian hingga kini masih terus eksis. Serunya di Bandung tak hanya musik ekstrim yang maju tapi juga scene indie popnya. Sejak Pure Saturday muncul, berbagai band indie pop atau alternatif, seperti Cherry Bombshell, Sieve, Nasi Putih hingga yang terkini seperti The Milo, Mocca, Homogenic. Begitu pula scene ska yang sebenarnya sudah ada jauh sebelum trend ska besar. Band seperti Noin Bullet dan Agent Skins sudah lama mengusung genre musik ini.</span><br /><br /><span style="font-family: verdana;">Siapapun yang pernah menyaksikan konser rock underground di Bandung pasti takkan melupakan GOR Saparua yang terkenal hingga ke berbagai pelosok tanah air. Bagi band-band indie, venue ini laksana gedung keramat yang penuh daya magis. Band luar Bandung manapun kalau belum di ..baptis' di sini belum afdhal rasanya. Artefak subkultur bawah tanah Bandung paling legendaris ini adalah saksi bisu digelarnya beberapa rock show fenomenal seperti Hullabaloo, Bandung Berisik hingga Bandung Underground. Jumlah penonton setiap acara-acara di atas tergolong spektakuler, antara 5000 – 7000 penonton! Tiket masuknya saja sampai diperjualbelikan dengan harga fantastis segala oleh para calo. Mungkin ini merupakan rekor tersendiri yang belum terpecahkan hingga saat ini di Indonesia untuk ukuran rock show underground.</span><br /><br /><span style="font-family: verdana;">Sempat dijuluki sebagai barometer rock underground di Indonesia, Bandung memang merupakan kota yang menawarkan sejuta gagasan-gagasan cerdas bagi kemajuan scene nasional. Booming distro yang melanda seluruh Indonesia saat ini juga dipelopori oleh kota ini. Keberhasilan menjual album indie hingga puluhan ribu keping yang dialami band Mocca juga berawal dari kota ini. Bahkan Burger Kill, band hardcore Indonesia yang pertama kali teken kontrak dengan major label, Sony Music Indonesia, juga dibesarkan di kota ini. Belum lagi majalah Trolley (RIP) dan Ripple yang seakan menjadi reinkarnasi Aktuil di jaman sekarang, tetap loyal memberikan porsi terbesar liputannya bagi band-band indie lokal keren macam Koil, Kubik, Balcony, The Bahamas, Blind To See, Rocket Rockers, The Milo, Teenage Death Star, Komunal hingga The S.I.G.I.T. Coba cek webzine Bandung, Death Rock Star (www.deathrockstar.tk) untuk membuktikannya. Asli, kota yang satu ini memang nggak ada matinya!</span><br /><br /><span style="font-family: verdana;">Scene Jogjakarta</span><br /><br /><span style="font-family: verdana;">Kota pelajar adalah julukan formalnya, tapi siapa sangka kalau kota ini ternyata juga menjadi salah satu scene rock underground terkuat di Indonesia? Well, mari kita telusuri sedikit sejarahnya. Komunitas metal underground Jogjakarta salah satunya adalah Jogja Corpsegrinder. Komunitas ini sempat menerbitkan fanzine metal Human Waste, majalah Megaton dan menggelar acara metal legendaris di sana, Jogja Brebeg. Hingga kini acara tersebut sudah terselenggara sepuluh kali! Band-band metal underground lawas dari kota ini antara lain Death Vomit, Mortal Scream, Impurity, Brutal Corpse, Mystis, Ruction.</span><br /><br /><span style="font-family: verdana;">Untuk scene punk/hardcore/industrial-nya yang bangkit sekitar awal 1997 tersebutlah nama Sabotage, Something Wrong, Noise For Violence, Black Boots, DOM 65, Teknoshit hingga yang paling terkini, Endank Soekamti. Sedangkan untuk scene indie rock/pop, beberapa nama yang patut di highlight adalah Seek Six Sick, Bangkutaman, Strawberry's Pop sampai The Monophones. Selain itu, band ska paling keren yang pernah terlahir di Indonesia, Shaggy Dog, juga berasal dari kota ini. Shaggy Dog yang kini dikontrak EMI belakangan malah sedang asyik menggelar tur konser keliling Eropa selama 3 bulan! Kota gudeg ini tercatat juga pernah menggelar Parkinsound, sebuah festival musik elektronik yang pertama di Indonesia. Parkinsound 3 yang diselenggarakan tanggal 6 Juli 2001 silam di antaranya menampilkan Garden Of The Blind, Mock Me Not, Teknoshit, Fucktory, Melancholic Bitch hingga</span><br /><span style="font-family: verdana;">Mesin Jahat.</span><br /><br /><span style="font-family: verdana;">Scene Surabaya</span><br /><br /><span style="font-family: verdana;">Scene underground rock di Surabaya bermula dengan semakin tumbuh-berkembangnya band-band independen beraliran death metal/grindcore sekitar pertengahan tahun 1995. Sejarah terbentuknya berawal dari event Surabaya Expo (semacam Jakarta Fair di DKI - Red) dimana band- band underground metal seperti, Slowdeath, Torture, Dry, Venduzor, Bushido manggung di sebuah acara musik di event tersebut.</span><br /><br /><span style="font-family: verdana;">Setelah event itu masing-masing band tersebut kemudian sepakat untuk mendirikan sebuah organisasi yang bernama Independen. Base camp dari organisasi yang tujuan dibentuknya sebagai wadah pemersatu serta sarana sosialisasi informasi antar musisi/band underground metal ini waktu itu dipusatkan di daerah Ngagel Mulyo atau tepatnya di studio milik band Retri Beauty (band death metal dengan semua personelnya cewek, kini RIP - Red). Anggota dari organisasi yang merupakan cikal bakal terbentuknya scene underground metal di Surabaya ini memang sengaja dibatasi hanya sekitar 7-10 band saja.</span><br /><br /><span style="font-family: verdana;">Rencana pertama Independen waktu itu adalah menggelar konser underground rock di Taman Remaja, namun rencana ini ternyata gagal karena kesibukan melakukan konsolidasi di dalam scene. Setelah semakin jelas dan mulai berkembangnya scene underground metal di Surabaya pada akhir bulan Desember 1997 organisasi Independen resmi dibubarkan. Upaya ini dilakukan demi memperluas jaringan agar semakin tidak tersekat-sekat atau menjadi terkotak-kotak komunitasnya.</span><br /><br /><span style="font-family: verdana;">Pada masa-masa terakhir sebelum bubarnya organisasi Independen, divisi record label mereka tercatat sempat merilis beberapa buah album milik band-band death metal/grindcore Surabaya. Misalnya debut album milik Slowdeath yang bertitel "From Mindless Enthusiasm to Sordid Self-Destruction" (September 96), debut album Dry berjudul "Under The Veil of Religion" (97), Brutal Torture "Carnal Abuse", Wafat "Cemetery of Celerage" hingga debut album milik Fear Inside</span><br /><span style="font-family: verdana;">yang bertitel "Mindestruction". Tahun-tahun berikutnya barulah underground metal di Surabaya dibanjiri oleh rilisan-rilisan album milik Growl, Thandus, Holy Terror, Kendath hingga Pejah.</span><br /><br /><span style="font-family: verdana;">Sebagai ganti Independen kemudian dibentuklah Surabaya Underground Society (S.U.S) tepat di malam tahun baru 1997 di kampus Universitas 45, saat diselenggarakannya event AMUK I. Saat itu di Surabaya juga telah banyak bermunculan band-band baru dengan aliran musik black metal. Salah satu band death metal lama yaitu, Dry kemudian berpindah konsep musik seiring dengan derasnya pengaruh musik black metal di Surabaya kala itu.</span><br /><br /><span style="font-family: verdana;">Hanya bertahan kurang lebih beberapa bulan saja, S.U.S di tahun yang sama dilanda perpecahan di dalamnya. Band-band yang beraliran black metal kemudian berpisah untuk membentuk sebuah wadah baru bernama ARMY OF DARKNESS yang memiliki basis lokasi di daerah Karang Rejo. Berbeda dengan black metal, band-band death metal selanjutnya memutuskan tidak ikut membentuk organisasi baru. Selanjutnya di bulan September 1997 digelar event AMUK II di IKIP Surabaya. Event ini kemudian mencatat sejarah sendiri sebagai event paling sukses di Surabaya kala itu. 25 band death metal dan black metal tampil sejak pagi hingga sore hari dan ditonton oleh kurang lebih 800 – 1000 orang. Arwah, band black metal asal Bekasi juga turut tampil di even tersebut sebagai band undangan.</span><br /><br /><span style="font-family: verdana;">Scene ekstrem metal di Surabaya pada masa itu lebih banyak didominasi oleh band-band black metal dibandingkan band death metal/grindcore. Mereka juga lebih intens dalam menggelar event-event musik black metal karena banyaknya jumlah band black metal yang muncul. Tercatat kemudian event black metal yang sukses digelar di Surabaya seperti ARMY OF DARKNESS I dan II.</span><br /><br /><span style="font-family: verdana;">Tepat tanggal 1 Juni 1997 dibentuklah komunitas underground INFERNO 178 yang markasnya terletak di daerah Dharma Husada (Jl. Prof. DR. Moestopo,Red). Di tempat yang agak mirip dengan rumah-toko (Ruko) ini tercatat ada beberapa divisi usaha yaitu, distro, studio musik, indie label, fanzine, warnet dan event organizer untuk acara-acara underground di Surabaya. Event-event yang pernah di gelar oleh INFERNO 178 antara lain adalah, STOP THE MADNESS, TEGANGAN TINGGI I & II hingga BLUEKHUTUQ LIVE.</span><br /><br /><span style="font-family: verdana;">Band-band underground rock yang kini bernaung di bawah bendera INFERNO 178 antara lain, Slowdeath, The Sinners, Severe Carnage, System Sucks, Freecell, Bluekuthuq dan sebagainya. Fanzine metal asal komunitas INFERNO 178, Surabaya bernama POST MANGLED pertama kali terbit kala itu di event TEGANGAN TINGGI I di kampus Unair dengan tampilnya band-band punk rock dan metal. Acara ini tergolong kurang sukses karena pada waktu yang bersamaan juga digelar sebuah event black metal. Sayangnya, hal ini juga diikuti dengan mandegnya proses penggarapan POST MANGLED Zine yang tidak kunjung mengeluarkan edisinya yang terbaru hingga kini.</span><br /><br /><span style="font-family: verdana;">Maka, untuk mengantisipasi terjadinya stagnansi atau kesenjangan informasi di dalam scene, lahirlah kemudian GARIS KERAS Newsletter yang terbit pertama kali bulan Februari 1999. Newsletter dengan format fotokopian yang memiliki jumlah 4 halaman itu banyak mengulas berbagai aktivitas musik underground metal, punk hingga HC tak hanya di Surabaya saja tetapi lebih luas lagi. Respon positif pun menurut mereka lebih banyak datang justeru dari luar kota Surabaya itu sendiri. Entah mengapa, menurut mereka publik underground rock di Surabaya kurang apresiatif dan minim dukungannya terhadap publikasi independen macam fanzine atau newsletter tersebut. Hingga akhir hayatnya GARIS KERAS Newsletter telah menerbitkan edisinya hingga ke- 12.</span><br /><br /><span style="font-family: verdana;">Divisi indie label dari INFERNO 178 paling tidak hingga sekitar 10 rilisan album masih tetap menggunakan nama Independen sebagai nama label mereka. Baru memasuki tahun 2000 yang lalu label INFERNO 178 Productions resmi memproduksi album band punk tertua di Surabaya, The Sinners yang berjudul "Ajang Kebencian". Selanjutnya label</span><br /><span style="font-family: verdana;">INFERNO 178 ini akan lebih berkonsentrasi untuk merilis produk- produk berkategori non-metal. Sedangkan untuk label khusus death metal/brutal death/grindcore dibentuklah kemudian Bloody Pigs Records oleh Samir (kini gitaris TENGKORAK) dengan album kedua Slowdeath yang bertitel "Propaganda" sebagai proyek pertamanya yang dibarengi pula dengan menggelar konser promo tunggal Slowdeath di Café Flower sekitar bulan September 2000 lalu yang dihadiri oleh 150- an penonton. Album ini sempat mencatat sold out walau masih dalam jumlah terbatas saja. Ludes 200 keping tanpa sisa.</span><br /><br /><span style="font-family: verdana;">Scene Malang</span><br /><br /><span style="font-family: verdana;">Kota berhawa dingin yang ditempuh sekitar tiga jam perjalanan dari Surabaya ini ternyata memiliki scene rock underground yang "panas" sejak awal dekade 90-an. Tersebutlah nama Total Suffer Community(T.S.C) yang menjadi motor penggerak bagi kebangkitan komunitas rock underground di Malang sejak awal 1995. Anggota komunitas ini terdiri dari berbagai macam musisi lintas-scene, namun dominasinya tetap</span><br /><span style="font-family: verdana;">saja anak-anak metal. Konser rock underground yang pertama kali digelar di kota Malang diorganisir pula oleh komunitas ini. Acara bertajuk Parade Musik Underground tersebut digelar di Gedung Sasana Asih YPAC pada tanggal 28 Juli 1996 dengan menampilkan band-band lokal Malang seperti Bangkai (grindcore), Ritual Orchestra (black metal),Sekarat (death metal), Knuckle Head (punk/hc), Grindpeace (industrial</span><br /><span style="font-family: verdana;">death metal), No Man's Land (punk), The Babies (punk) dan juga band-band asal Surabaya, Slowdeath (grindcore) serta The Sinners (punk).</span><br /><br /><span style="font-family: verdana;">Beberapa band Malang lainnya yang patut di beri kredit antara lain Keramat, Perish, Genital Giblets, Santhet dan tentunya Rotten Corpse. Band yang terakhir disebut malah menjadi pelopor style brutal death metal di Indonesia. Album debut mereka yang</span><br /><span style="font-family: verdana;">bertitel "Maggot Sickness" saat itu menggemparkan scene metal di Jakarta, Bandung, Jogjakarta dan Bali karena komposisinya yang solid dan kualitas rekamannya yang top notch. Belakangan band ini pecah menjadi dua dan salah satu gitaris sekaligus pendirinya, Adyth, hijrah ke Bandung dan membentuk Disinfected. Di kota inilah lahir untuk kedua kalinya fanzine musik di Indonesia. Namanya Mindblast zine yang</span><br /><span style="font-family: verdana;">diterbitkan oleh dua orang scenester, Afril dan Samack pada akhir 1995. Afril sendiri merupakan eks-vokalis band Grindpeace yang kini eksis di band crust-grind gawat, Extreme Decay. Sementara indie label pionir yang hingga kini masih bertahan serta tetap produktif merilis album di Malang adalah Confused Records</span><br /><br /><span style="font-family: verdana;">Scene Bali</span><br /><br /><span style="font-family: verdana;">Berbicara scene underground di Bali kembali kita akan menemukan komunitas metal sebagai pelopornya. Penggerak awalnya adalah komunitas 1921 Bali Corpsegrinder di Denpasar. Ikut eksis di dalamnya antara lain, Dede Suhita, Putra Pande, Age Grindcorner dan Sabdo Moelyo. Dede adalah editor majalah metal Megaton yang terbit di</span><br /><span style="font-family: verdana;">Jogjakarta, Putra Pande adalah salah satu pionir webzine metal Indonesia</span><br /><span style="font-family: verdana;">Corpsegrinder (kini Anorexia Orgasm) sejak 1998, Age adalah pengusaha distro yang pertama di Bali dan Moel adalah gitaris/vokalis band death metal etnik, Eternal Madness yang aktif menggelar konser underground di sana. Nama 1921 sebenarnya diambil dari durasi siaran program musik metal mingguan di Radio Cassanova, Bali yang</span><br /><span style="font-family: verdana;">berlangsung dari pukul 19.00 hingga 21.00 WITA.</span><br /><br /><span style="font-family: verdana;">Awal 1996 komunitas ini pecah dan masing-masing individunya jalan sendiri-sendiri. Moel bersama EM Enterprise pada tanggal 20 Oktober 1996 menggelar konser underground besar pertama di Bali bernama Total Uyut di GOR Ngurah Rai, Denpasar. Band-band Bali yang tampil diantaranya Eternal Madness, Superman Is Dead, Pokoke, Lithium, Triple Punk, Phobia, Asmodius hingga Death Chorus. Sementara band- band luar Balinya adalah Grausig, Betrayer (Jakarta), Jasad, Dajjal, Sacrilegious, Total Riot (Bandung) dan Death Vomit (Jogjakarta). Konser ini sukses menyedot sekitar 2000 orang penonton dan hingga sekarang menjadi festival rock underground tahunan di sana. Salah satu</span><br /><span style="font-family: verdana;">alumni Total Uyut yang sekarang sukses besar ke seantero nusantara adalah band punk asal Kuta, Superman Is Dead. Mereka malah menjadi band punk pertama di Indonesia yang dikontrak 6 album oleh Sony Music Indonesia. Band-band indie Bali masa kini yang stand out di antaranya adalah Navicula, Postmen, The Brews, Telephone, Blod Shot Eyes</span><br /><span style="font-family: verdana;">dan tentu saja Eternal Madness yang tengah bersiap merilis album ke tiga mereka dalam waktu dekat.</span><br /><br /><span style="font-family: verdana;">Memasuki era 2000-an scene indie Bali semakin menggeliat. Kesuksesan S.I.D memberi inspirasi bagi band-band Bali lainnya untuk berusaha lebih keras lagi, toh S.I.D secara konkret sudah membuktikan kalau band ..putera daerah' pun sanggup menaklukan kejamnya industri musik ibukota. Untuk mendukung band-band Bali, drummer S.I.D, Jerinx dan beberapa kawannya kemudian membuka The Maximmum Rock N' Roll Monarchy (The Max), sebuah pub musik yang berada di jalan Poppies, Kuta. Seringkali diadakan acara rock reguler di tempat ini.</span><br /><br /><span style="font-family: verdana;">Indie Indonesia Era 2000-an</span><br /><br /><span style="font-family: verdana;">Bagaimana pergerakan scene musik independen Indonesia era 2000-an? Kehadiran teknologi internet dan e-mail jelas memberikan kontribusi besar bagi perkembangan scene ini. Akses informasi dan komunikasi yang terbuka lebar membuat jaringan (networking) antar komunitas ini semakin luas di Indonesia. Band-band dan komunitas-komunitas baru banyak bermunculan dengan menawarkan style musik yang lebih beragam. Trend indie label berlomba-lomba merilis album band-band lokal juga menggembirakan, minimal ini adalah upaya pendokumentasian sejarah yang berguna puluhan tahun ke depan.</span><br /><br /><span style="font-family: verdana;">Yang menarik sekarang adalah dominasi penggunaan idiom ..indie' dan bukan underground untuk mendefinisikan sebuah scene musik non- mainstream lokal. Sempat terjadi polemik dan perdebatan klasikmengenai istilah ..indie atau underground' ini di tanah air. Sebagian orang memandang istilah ..underground' semakin bias karena kenyataannya kian hari semakin banyak band-band underground yang ..sell-out', entah itu dikontrak major label, mengubah style musik demi kepentingan bisnis atau laris manis menjual album hingga puluhan ribu keping. Sementara sebagian lagi lebih senang menggunakan idiom indie karena lebih ..elastis' dan misalnya, lebih friendly bagi band-band yang memang tidak memainkan style musik ekstrem. Walaupun terkesan lebih kompromis, istilah indie ini belakangan juga semakin sering digunakan oleh media massa nasional, jauh</span><br /><span style="font-family: verdana;">meninggalkan istilah ortodoks ..underground' itu tadi.</span><br /><br /><span style="font-family: verdana;">Ditengah serunya perdebatan indie/underground, major label atau indie label, ratusan band baru terlahir, puluhan indie label ramai- ramai merilis album, ribuan distro/clothing shop dibuka di seluruh Indonesia. Infrastruktur scene musik non-mainstream ini pun kian established dari hari ke hari. Mereka seakan tidak peduli lagi dengan polarisasi indie-major label yang makin tidak substansial. Bermain musik sebebas mungkin sembari bersenang-senang lebih menjadi ..panglima' sekarang ini.</span><br /><br /><span style="font-family: verdana;">…And history is still in the making here…..</span><br /><br /><br /><span style="font-family: verdana;">* Dari berbagai sumber.</span></div>wlyhttp://www.blogger.com/profile/06078978842837393169noreply@blogger.com0